aku tak kan pernah mengerti
apa yang terkecap di ujung benakmu
pun aku tak akan pasti
apa yang terlukis di sudut rasamu
untuk itulah adanya lidah
tuk menguak setiap derak kata
yang mewakili setiap helai rasa
namun ketika nyatanya lidah kelu
setiap huruf pun membeku
saat itulah jemari kumainkan
menari dan berlari di atas tuts tust putih ponselku
telah kukirim untaian kata seulas pesan kepadamu
yg terlemparkan oleh satelit
langsung melesat ke layarmu
kutulis sebuah bait terindah bagimu
cukup kiranya memetakan benang merah di jarakku terhadapmu
namun kala titik nol yang ada di hantarku
apalagi yang bisa q upayakan?
Saat itulah keimanan bermain peran
yg kuhadapi nyatanya hanya kebisuan
yang mengalahkan lenguh lirih pegunungan di ujung ufuk
hanya kebekuan jarak
yg bertalu merdu mengiringi desau angin
pun ketika rinai hujan menempatkanku di sana
tak lebih dari sedepa darimu
bisu masih juga nyata
hingga pada saatnya ku hanya mampu menatap punggungmu
bahkan kaupun tak sisakan seulas senyumpun
di jabat tanganmu
pada detik akhir
nyatanya..
Inginku hanya meruntuhkan gunung es yang tak juga runtuh...
lalu..apatah artinya skian waktu tawa dan canda d tebarkan di jalanya jarak
bagaimana kiranya skian dawai gitar yg menelisik lembut pada malamku?
Rabu, 31 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar