Jumat, 28 November 2008

dedaun kering

kau lihat, dedaun itu ...

layu dan kering,

hingga berguguran di lapang lahan

terinjak dan terkepul debu

mengapung bersama tiupan bayu

mengalur mengikuti arah datang badai

dan terhempas keras

remuk seketika .....

pada akhirnya pula

hilang lenyap oleh para penyapu taman

terkeruk habis

terkikis bersih

mungkin kiranya

itu lah gambaranku

akan sakit di hatiku

akan kehilanganmu

yang kala nanti

pun akan habis terkikis tangis

menjelma seulas senyum tipis

Senin, 17 November 2008

berpikir adil

ketika menyelami buku pertama dari tetralogi burunya pramoedya "Bumi Manusia", kuperoleh serangkaian kalimat :

"seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran apalagi perbuatan "

dan sepanjang menikmati lembar demi lembar, rangkaian huruf yang merangkai kisah, yang kudapati memanglah penjabaran dari kalimat pendeknya tersebut..

kata adil tentu sudah tak asing lagi di telinga, sering kali kata adil di pergunakan dalam berbagai kesempatan. adil dalam perbuatan, tentunya...

lain halnya dengan adil dalam pikiran. ungkapan ini tak sering di pake dalam kehidupan sehari hari seperti halnya adil dalam perbuatan..

lalu seperti apakah sebenarnya adil dalam pikiran itu?

setelah membaca roman itu aku pun menyimpulkan bahwa adil dalam pikiran yang di maksud mungkin adalah berusaha untuk berpikir positif, normatif dan tidak menjudge orang lain berdasarkan standart pribadi (subjektif) maupun pendapat umum.

seringkali pendapat pribadi terhadap orang lain lebih bersifat subjektif atau cenderung menghakimi tanpa terlebih dahulu mencari tahu. apa lagi jika berkaitan dengan pendapat umum ttg orang tersebut. ketika pendapat umum mengatakan "A", seringkali kita pun latah mencetakkan "A" itu dalam diri orang itu. padahal, apakah pendapat umum itu benar? pendapat umum memang layaknya di hormati, tapi bukan sepenuhnya di anut kan? perlu penelitian dan penyelidikan lebih lanjut mengenai hal itu.

atau tak perlulah secara general. misalkan saja si Fulan mengatakan bahwa si Anu tu begini begitu, kadang pikiran kita otomatis mengikuti ucapan si Fulan dan secara tak langsung menganggap benar bahwa si Anu tu begini dan begitu....

lalu, jika berpikir adil saja belum mampu, apa kah mungkin berlaku adil akan terlaksana?
ah... adil dalam pikiran justru menurutku awal dari segala jenis keadilan itu sendiri, yang tentunya tak akan lepas dari keadilanNya. sungguh hanya ia Yang Maha Adil lagi Maha Mengetahui ...

Rabu, 12 November 2008

bermain angklung bersama Djoko Nugroho

sedari pagi aku berada di sebuah aula kantor di daerah kota, bersama ratusan peserta lain untuk mengikuti acara yang di gelar oleh institusi tempat aku bekerja. Internalisasi Kode Etik namanya.

mulanya acara di buka dengan paparan dari bapak kakanwil (setelah doa tentunya). dengan menyitir beberapa ayat Al Quran dan hadist, beliau pun sukses membawa peserta larut dalam uraian dan pembinaannya.

kemudian, sesi membosankan pun berlangsung ketika seorang pria maju ke depan, dan menguraikan tentang isi modul yg ada di tangan masing2 peserta. terdengarlah bisik bisik ricuh dari seantero ruangan, membosankan tentunya.

dan yang peling seru adalah sesi berikutnya. ketika sebuah gitar di letakkan, dan seorang pria muncul di panggung. Djoko Nugroho, sang instruktur yang pernah memcahkan rekor muri dengan angklungnya.

mulai bernyanyi dengan gitar, dan kemudian, sekian ratus angklung di bagikan kepada setiap peserta. masing masing sebuah angklung single, yang hanya bisa memuat satu nada. kebetulan aku mendapatkan nada do tinggi.

maka, dengan instruksi tangan nya, kami pun di arahkan untukmemainkan nada... awalnya rada kacau, tapi lama kelamaan kami ternyata mampu memainkan beberapa lagu...

yah, pengalaman pertama buatku main angklung. cukup menyenangkan, sayang ga boleh di bawa pulang untuk souvenir, hehe

Selasa, 11 November 2008

today's song

SAUJANA - SENDIRI

Terasa tersisih sendiri di pinggir sana
Kau tiada lagi di sampingku, berbicara menyalakan api
Tika kau di sampingku tuturmu kuanggap bisu
Tingkahmu untukku sumbang bagi diriku
Harapanmu padaku tidak ku endahkan

Reff :
Nasihatmu madu penyembuh luka
Pabila bersamamu hilang dukaku
Lewat kusedari nilai cintamu
Pabila kau tiada lagi disisiku
Belaianmu kini masih terasa
Restu darimu membawa ku ke syurga
Lewat kusedari nilai cintamu
Pabila kau tiada lagi di sisiku

Andai dapat ku kembali, mengubah yang terjadi
Pasti takkan ku ulangi, walau hanya sekali
Namun hanya do'a yang bisa, ku kirimkan

( Back to reff :)

Ku kan cuba tempuh hidup sendiri
Kerana kita kan, kerna kita kan akhirnya sendiri.



lagu lama siy sebenarnya, cuma pas lagi ngubek2 internet, donlot nasyid, nemu nih lagu, dan ternyata cocok ma suasana hati. maka jadilah seharian aku muter lagu ini. agak nyesek sih, tapi yah, itung2 semakin nyadarin diri klo dia emang udah ilang.

Senin, 10 November 2008

you're my hero

bertepatan dengan hari pahlawan yang di gaungkan pada tgl 10 November, sebuah pertanyaan meluncur dengan lancarnya.

"who's your hero?"

pahlawan ...

bagiku pahlawanku di saat sekarang adalah ibuku (tentunya tanpa mengesampingkan Rasulullah SAW sebagai figur utama pahlawan umat) .

bagiku ibu adalah pahlawan nyata, yang kulihat sejak aku hadir di dunia, manusia pertama yang aku kenali, yang telah mengandungku dalam rahimnya, mempertaruhkan nyawa dan kebebasannya untuk melahirkan dan merawatku. yang memberikan kasih nya kepadaku.

ibu sebagai pahlawan mungkin bukanlah tanpa cacat atau salah, karena tetaplah ia insan biasa. tapi, salah dan khilafnya lebih tertutupi oleh sebanyak kemurahan hati yang tercurahkan untukku..

ibu....

kini, mana mungkin aku berpikir akan menyebabkan sebutir air matapun menetes dari kedua cahaya matamu?

aku bahkan akan gadaikan dan relakan cinta dan kebahagiaanku demi untuk membuatmu tak menahan sakit karenaku...

ah, ibu...
aku tahu, aku pernah salah dan kau pasti perih jika tau aku salah. tapi aku tak akan biarkan kau tanggung secuil dukapun demi aku... bahkan akan kuleraikan kebebasan itu dari ragaku
dengan perjanjian apapun...apapun ibu....

semoga senyum selalu menghias wajahmu
bersinarlah engkau ibu ....
berpijarlah dalam cahaya ......

Luv U Mom ....
You're my hero

Jumat, 07 November 2008

setiap derak hati
aku tersentak retak
terletak jarak
batas ufuk terhadap diri


setiap tarik nafas
aku meringis sesak
tersengal rintih sesal
sepanjang selasar rasa


dan setiap jengkal malam merayap
sepiku hinggap merambat
menarikku dalam senyap
rindu yang menggigit lelap


ah...
inikah rasanya kehilangan
rindu yang tak tertahan
nyata yang melawan
jiwa yg hampa tertahan

Kamis, 06 November 2008

berapalah panjangnya dunia
mungkin hanya 80, 70, 60
atau bahkan tak sampai hingga 30

lalu...
knapa aku selalu bersikukuh ingin mendapatkan sesuatu
yang jelas ku tahu
itu duniawi, semu

apalagi cinta

berapa sih umur dari cinta
ga sampe sejengkal dari maut
dia pun akan melarut

ga sampai sepenggal dari takut
ia pun akan lari
terbirit ngeri


ah...
cinta itu lebih pengecut
terhadap maut

Rabu, 05 November 2008

lama nian aku tak berkisah tentang hidupku rupanya...
padahal juga kalaupun aku berkisah disini tiada yg akan mendengar
tapi justru itulah mungkin yang aku butuhkan
sebuah tempat di mana aku mampu menumpahkan segalanya
tanpa ada yg mencerca atau mencela

lupakan dulu soal cinta dan mimpi
aku sudah mengotakinya
aku memang ga pernah berhak untuk itu
aku sadar kini

ah, ya...
aku hanya ingin bercerita tentang pekerjaan baruku

yups, sekarang aku punya pekerjaan tambahan
yah, semacam part time lah, secara ngerjainnya sepulang dari kantor

jujur, untuk 2 bulan ini mungkin aku membutuhkan pekerjaan ini
meski tentunya akan memeras otak dan tenagaku
tak apalah...

tak perlu lah bagaimana aku mendapatkan pekerjaan ini
yang pasti ga jauh dari yg namanya ngajar!

sebenarnya capek juga siy, tapi yah itung itung nyalurin cita cita lama yang dulu sempet aku miliki. jadi seorang pengajar

sayangnya, hal ini justru agak bertentangan dengan kata hatiku.
harusnya untuk mengajar hal ini aku ga perlu mendapatkan imbalan, tapi karena emang saat ini aku membutuhkannya, ya mau gimana lagi.
jujur saat ini aku sedang rada kesulitan secara finansial. bisa saja sebenarnya aku terima bantuan dari ortu or dari orang lain, tapi keangkuhan dalam diriku tak akan bisa menerimanya. maka jadilah aku terima tawaran ini.

yup, aku akan mengajari seorang anak untuk membaca Al Qur'an
sebuah beban berat sebenarnya, karena toh pada kenyataannya aku masih kurang mampu, ah...lagi lagi nuraniku bergolak, merasa ga layak memperoleh bayaran atas ketidakmampuan...

dan untuk itu, tentunya aku harus memperbanyak pengetahuan dan kemampuanku
setidaknya meski aku tiada mampu mempersembahkan kesempurnaan dalam pekerjaanku
aku bisa memberikan ilmu tambahan bagi si anak tentang agama. jadi bukan sekedar membaca kitab suci...

dan, lagi lagi... aku terusik, apa aku pantas untuk ini?
sejenak kucermati diri di cermin hati
tersentak mengetahui betapa aku sebenarnya tak pantas untuk ini
aku tiada layak untuk pekerjaan mulia ini

tapi, toh... aku tiada pilihan
aku justru harus menjadikannya sebagai cambuk bagiku untuk memperbaiki diri bukan?
dan semoga ini bukan sekedar pekerjaan, tapi meningkat kepada ladang amal :)
i wish .........