Kamis, 30 Oktober 2008

aku belum bisa beranjak
seperti ada sepasang tangan yang menarik hati
dengan cengkeraman jemari runcing
meremas remuk, merah meradang


seperti ada serupa tali
mengikat kaki
di titik ini


tanganku hanya beku
di sisi raga
terkulai lemas tanpa jiwa


ah, rupanya aku masih harus disini
berdiri sepi
hanya raga yang terisi
sementara jiwa tetaplah menepi

Kamis, 09 Oktober 2008

belajar ikhlas, gampang ga siy?

ikhlas, yang dalam arti simple nya rela, apakah itu dimiliki manusia dengan mudahnya?

bagiku, dalam beberapa kondisi, kuakui, aku kadang sulit untuk menaruh ikhlas itu dalam hatiku. apalagi terhadap kejadian paling menyesakkan yang aku alami kemarin belakangan, bahkan hingga kini dan 6 bulan ke depan.

sempat aku meraung karena sesuatu terenggut daripadaku. tapi, lama kemudian, kupikir, apa guna? toh teriak seantero jagad pun juga tiada mampu merubah sabda.. dan mulailah berpikir untuk rela terhadap 'kehendak' dan 'wewenang'

dan ternyata awalnya emang tidak semudah mengedipkan mata..entahlah, mungkin keimanan dan ketakwaanku masih terindikasi sebagian besar dalam bentuk teori.

lalu seorang berkata padaku :

" jangan dipikirkan, maka kau akan ikhlas. seperti halnya ketika mengangsurkan 1000 perak kepada fakir, jika kau pikirkan mungkin ikhlas itu tiada. tp jika tak lagi kau pikir, insyaAllah, itulas saat ketika kau mendapat ikhlas sebagai penyejuk hati. maka lupakanlah tentang hal itu"

teori sederhana yang kembali menambah tumpukan teori dalam memori kecil otakku. meski bentuk nya berbeda dengan yang terjadi.



yah... ternyata memang berteori itu terlampau mudah, jauh dibandingkan menjadikannya real..

ah... semoga aku semakin bisa menanamkan keikhlasan itu...

setidaknya, aku mulai tidak merasa sesak jika aku terpikirkan akan hal yang telah berlaku kemarin itu.

'segalanya berawal dariNya dan akan kembali padaNya, yang ada pada kita hanya lah sekedar titipan, yang setiap saat akan diambilNya'

Rabu, 08 Oktober 2008

di pangkuan malam

seperti biasa, aku tepekur di ruang sana berselimutkan malam bermandikan kelam.. duduk ku di sana, pada sebuah sofa usang yang mengisi balkon berukuran 2x3 m itu. sebentuk buku tergeletak indah di pangkuanku, setengah terbuka. buku kedua yang nyaris kulahap habis selama 3 hari belakangan. tapi entahlah. rasaku tak inginkan aku menyentuh seberkas lembaran buku bernafaskan sastra itu...

tiada dingin kurasa menghantam malam. tiada pula sayup angin menerpa kelam. sunyi, teramat sunyi. bahkan kerik jangkrik pun tiada kutemukan, ataupun sekedar lolong anjing yang biasa berceracau kacau dari balik tembok pagar seberang sana. jelas saja, karena malam telah merambat pelan tepat di puncaknya. tapi, aku tiada berniat untuk masuk untuk sekedar terpejam. toh, aku baru terbangun 3 jam yang lalu setelah lelap sejak maghrib usai.

dan aku masih saja di sana, sendiri kurasa... tapi ah, tidak pula. ketika kulongokkan kepala ke atas sana. ada sekumpulan cahaya samar menyapa mata. ya, di sana senyum bidadari berwujud sabit dan kerlip taburan bintang langid menemaniku....

dan entah bagaimana, aku kemudian lelap di pangkuan malam. yang kutahu, badanku mulai menggigil dingin saat kubuka jendela mata...jam 3 pagi ternyata...pangkuan malam telah berhasil melelapkan aku dan mengistirahatkan ragaku sejenak rupanya

Selasa, 07 Oktober 2008

ijinkan aku beristirahat sejenak

penatku menggelayuti sendi, nyaris rontok kupikir. seperti pesakitan kolera aku dituding sedemikian rupa dengan teramat manis.

dan kini 2 lembar sabda pandita ratu berada di tanganku. setidaknya menjadikan sedikit berubah terhadap polaku.

dan kepalaku....ah, kepalaku serasa berat, ingin rasanya sejenak kucopot dari batang leher, dan kutinggalkan di laci meja kerjaku..

lelah ... ingin aku mengeluhkan bahwa aku terlampau lelah, ingin kuteriakkan gema ragaku sedemikian lantang, berharap penat sedikit berkurang beban... tapi toh, apa itu berguna?

mo menangis? meratap? atau meraung? ah, sudah selesai lah semua itu. tak guna pula di ratapi.

aku hanya merasa teramat penat kini. seharian aku berputar, berteriak kepada dunia, tapi tiada guna pula...

sungguh, rasanya aku ingin saja berhenti di titik ini. dan memang sebenarnya niatku untuk menerima. tapi ternyata, satu dan lain hal di sekitarku, memaksaku kembali berjalan, melawan arus putaran badai yang menghadang hadap.

ah, ijinkanlah aku beristirahat sejenak sebelum kembali aku bertaruh otak ... hanya sejenak, mengumpulkan sisa tenaga jiwa yang mungkin masih ada....

Senin, 06 Oktober 2008

bumi manusia

meminjam istilah dari Pramoedya Ananta Tour, sastrawan besar yang pernah dimiliki Indonesia. bukan, aku bukannya mo bikin resensinya, aku ga mampu. aku juga bukan ingin menceritakannya, terlalu kompleks untukku menceritakan ulang. dan sebenarnya aku tiada berani... buku yang terlalu indah, dengan karakter yang kuat... dan aku ternyata demikian tertusuk dengan Annelies Mellema, sang dewi, boneka rapuh .... ah, kan aku ga mo ngomongin buku itu,hehe



ah, bumi manusia

demikian banyak ragam kehidupan yang dilakoni di permukaannya, atas diri setiap insan tentunya. demikian luas cakupan emosi jiwa yang menyertainya. ada tawa, senyum, isak tangis, kemarahan, hingga dendam.

bumi manusia

seperti halnya replika globe, ia pun bulat berputar pada porosnya. begitupun kehidupan insan penghuninya. berputar dengan 'kehendak' sebagai penggerak dan DIA sebagai poros...

bumi manusia

ternyata butuh demikian keras perjuangan terlecut. berjuang untuk terus tegak, menghadapi badai yang mungkin menerpa, atau pun menghadapi tawa yang menyapa. ujian kebahagiaan dan ujian kesedihan

bumi manusia

ia tak butuh pecundang, pandir atau pengecut sekalipun. lebih dari itu. ia butuh pemberani, pejuang tangguh, dan ia lah pemenang...

aku akan berjuang sehormat hormatnya, sekuat rasa dan daya .... dan masih terus harus begitu

Ya Rabb, beri aku setitik kekuatan

bolehkah aku mengharapkan doa dari kalian semua, teman teman ku tercinta
aku hanya ingin meminta kalian :
mohon doakan agar aku mampu melalui semua ujian ini
sungguh aku hanya gadis biasa yang lemah
dan sungguh masih kusadari pasti kerapuhanku di dalam sini
memang semua belumlah di tanganku
tapi
berita itu telah menyambar perih dalam sini
Ya Allah, inikah ujian darimu
bukan di Ramadhan seperti tahun lalu,
tapi di Syawal ini
di awal aku memulai hari ini
sungguh
aku mungkin hanya lah pengecut
hanya seorang pandir
pecundang yang kalah
tapi
setidaknya
aku telah berjuang
sehormat hormatnya
sekuat rasa dan daya
Ya Allah,
jika memang ini kekalahan untukku di dunia
semoga menjadikan aku menang di sana nantinya
Ya Allah
jika memang ini kehendakmu
beri aku jalan kekuatan untuk menghadapi ini semua
beri aku kekuatanMu
beri aku ketabahanMu
Ya Allah
ajarkanku untuk menerima dengan segala kerelaan
dengan sepenuh keikhlasan
apa yang pasti akan terbang dari genggamanmu
Ya Allah
ajarkan aku agar aku tetap tersenyum
menghadapi ketentuanmu ini
aku tahu
setidaknya
aku telah berusaha dan meminta padamu
sepenuh rasa dan daya
Ya Allah
Jadikanlah apa apa yang bagus bagiku dalam pandanganmu bagus pula dalam pandanganku. dan bukakanlah matahatiku untuk tergerak melaksanakan apa apa yang bagus menurutMu
Ya Allah,
dengan segala ketidakmampuan dan ketidaksempurnaanku
aku bersimpuh kepadaMu
memohon setitik kekuatan
agar aku mampu melewati semua ini dengan gemilang
Ya Rabb
dariMu segala hal berawal dan kepadaMulah semua kukembalikan
INNALLAHA MAASY SYABIRIN ....