Senin, 06 Oktober 2008

bumi manusia

meminjam istilah dari Pramoedya Ananta Tour, sastrawan besar yang pernah dimiliki Indonesia. bukan, aku bukannya mo bikin resensinya, aku ga mampu. aku juga bukan ingin menceritakannya, terlalu kompleks untukku menceritakan ulang. dan sebenarnya aku tiada berani... buku yang terlalu indah, dengan karakter yang kuat... dan aku ternyata demikian tertusuk dengan Annelies Mellema, sang dewi, boneka rapuh .... ah, kan aku ga mo ngomongin buku itu,hehe



ah, bumi manusia

demikian banyak ragam kehidupan yang dilakoni di permukaannya, atas diri setiap insan tentunya. demikian luas cakupan emosi jiwa yang menyertainya. ada tawa, senyum, isak tangis, kemarahan, hingga dendam.

bumi manusia

seperti halnya replika globe, ia pun bulat berputar pada porosnya. begitupun kehidupan insan penghuninya. berputar dengan 'kehendak' sebagai penggerak dan DIA sebagai poros...

bumi manusia

ternyata butuh demikian keras perjuangan terlecut. berjuang untuk terus tegak, menghadapi badai yang mungkin menerpa, atau pun menghadapi tawa yang menyapa. ujian kebahagiaan dan ujian kesedihan

bumi manusia

ia tak butuh pecundang, pandir atau pengecut sekalipun. lebih dari itu. ia butuh pemberani, pejuang tangguh, dan ia lah pemenang...

aku akan berjuang sehormat hormatnya, sekuat rasa dan daya .... dan masih terus harus begitu

Tidak ada komentar: