Minggu, 04 Mei 2008

catatan harian seorang istri

ketika iseng memendam diri di Gramedia PIM sehabis kondangan di Ciledug, Kamis kemarin, tak sengaja aku menemukan sebuah buku di antara deretan panjang buku psikologi.
ini adalah buku karya Asma Nadia, seorang penulis anggota Forum Lingkar Pena (FLP) yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan. Banyak karya karya ringan tapi penuh pesan yang disajikannya dalam novel novel Islaminya.
Dan buku Catatan Harian Seorang Istri ini lebih kepada kumpulan kisah kisah perempuan dan istri istri yang begitu tabah dan sabar menghadapi cobaan kehidupan, pun ketika suami yang merupakan tambatan hati dan hidupnya ternyata berpaling kepada gadis lain. dan betapa tegar dan besarnya jiwa seorang istri untuk menerima dan memaafkan suaminya.

ada sebuah kisah menarik yang berbekas dalam benakku yaitu ketika seorang pria yang memiliki keluarga harmonis ditanya tentang poligami. demikian kurang lebih ( versi menurut yang aku ingat, aku tuliskan kembali dengan bahasaku sendiri, CMIIW)

A : "apa yang mendasari niat seseorang untuk berpoligami menurut Bapak sebagai seorang lelaki?"

Si Pria : " Ketika saya ingin menikah dengan gadis lain dengan niat berpoligami, maka alasan saya hanya 1, karena saya mencintai gadis tersebut, ga ada alasan lain. alasan alasan yang mungkin di buat kemudian untuk membenarkan tindakan saya mungkin adalah, karena tidak ada kecocokan dengan istri tapi enggan bercerai demi anak anak. atau bahkan mungkin demi alasan untuk menolong, demi menjaga diri. ah, semua itu hanya alasan manipulatif. alasan sebenarnya ya hanya itu, karena saya mencintai gadis tersebut dan ingin menikah dengannya."

A : "dan pernahkah Bapak merasakan hal seperti itu, mencintai gadis selain istri dan ingin menikahinya?"

Si Pria : " Munafik kalau saya bilang tidak."

A : " dan apakah akhirnya Bapak berpoligami?"

Si Pria : " tidak, saya tidak meneruskan niat saya untuk menikahi gadis tersebut atau berselingkuh"

A : " apa alasan yang mendasari keputusan yang Bapak ambil?"

Si Pria : " ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, saya belum tentu lebih bahagia dengan menikahi gadis tersebut dan menjalani poligami. atau bahkan mungkin nanti saya menemukan gadis lain dan mencintainya, lalu apa saya akan menikahinya lagi. mengharapkan kebahagiaan dengan gadis yang saya cintai tersebut, yang belum tentu akan saya dapatkan,padahal sekarang saya cukup bahagia. kedua, istri saya yang pasti sangat terluka, juga anak anak saya. lalu bagaimana mungkin saya masih bisa berpikir akan mengorbankan kebahagian yang saya miliki sekarang, melukai hati istri dan anak anak saya demi sebuah Kebahagiaan yang belum Pasti lebih besar daripada sekarang, atau bahkan tidak ada sama sekali? Saya pun mengurungkan niat. lebih bersyukur atas karunia Allah atas keluarga yang saya miliki, cinta istri dan anak anak saya, dan merasa cukup dengan itu semua. Jika manusia tak pernah merasa cukup, maka poligami pun tak akan membawa kebahagiaan lebih untuknya. Kehendak hati jangan terlalu diturutkan, karena ada nafsu yang tercampur di dalamnya "


------

Orang kedua yang diwawancarai adalah seorang lelaki yang melaksanakan poligami dan memiliki 2 orang istri

A : " Apakah Bapak bahagia dengan poligami yang Bapak jalani?"
Si Pria : " saya tak bisa bilang bahwa saya lebih bahagia dengan poligami ini"
A : " Bisa Bapak jelaskan kenapa Bapak merasa seperti itu?"
Si Pria : " Dengan istri pertama saya memiliki 2 orang anak yang mampu menceriakan hidup saya, dan istri saya ini adalah istri yang cukup baik dan mampu menempatkan diri sebagai seorang istri. Tapi dengan istri kedua saya, wanita yang pada awalnya membuat saya setengah mati mencitainya hingga menikahinya tanpa memperdulikan perasaan istri dan anak2 saya, saya tidak dikaruniai seorang anakpun dan saya tidak merasakan pengabdian seperti dari istri pertama saya."

A : " jadi apakah Bapak menyesal?"
Si Pria : " Andaikan waktu bisa kembali dan penyesalan itu bisa mengubah keadaan. Oh, tidak, saya telah memilih jalan ini, maka sayapun harus rela menanggung apapun akibat dari jalan yang saya pilih. Keinginan saya adalah agar saya mampu menebus kesalahan saya kepada Istri pertama dan anak anak saya. menyembuhkan luka di hati mereka, meski saya tahu, adda luka yang mungkin tak akan bisa disembuhkan. Tapi, saya hendaknya bersyukur, bahwa istri pertama saya masih setia terhadap pengabdiannya, memaafkan dan mau menerima saya dan istri baru saya."

-----------

Jadi Bagaimana kah seseorang hendaknya memandang sebuah poligami???
Konsep Poligami dalam Islam menurut pandanganku adalah konsep Monogami, kurang lebih disebutkan bahwa untuk berpoligami, seorang pria harus memiliki kemampuan untuk adil. tapi adakah di dunia ini manusia yang benar benar adil?
Dan Rasulullah sendiri pun sebenarnya penganut monogami, ketika Khadijah masih menjadi istrinya, tak seorang gadispun mampu masuk ke dalam hatinya atau menjadi istri keduanya. Rasulullah menjadikan Khadijah satu satunya istri hingga maut menjemput sang istri.
CMIIW (Correct Me If I Wrong)

Sungguh Kebenaran itu datangnya dari Allah, kesalahan dan kekeliruan datang dari diri saya pribadi, sebagai makhluk yang Dhoif.. maaf jika ada yang salah, harap dikoreksi.

Tidak ada komentar: