Rabu, 09 Juli 2008

Keharusan Menjadi Benar Adalah Penghalang

Ketika iseng membongkar - bongkar file di kompiku, aku menemukan sebuah surat dari seorang teman yg didalamnya terselip kata2 seperti ini :

---------------

Orang secara budaya dikondisikan untuk benar. Orang tua selalu benar. Guru selalu benar. Dosen selalu benar. Bos selalu benar. Siapa yang benar menentukan apa yang benar. Suami-istri bertengkar soal masalah-masalah yang intinya justru terlupakan akibat keduanya berebut menjadi pihak yang benar.
Partai-partai politik berpendirian harus benar. Seberapa sering partai politik menerima sikap pihak lain? Bayangkan jika semua energi yang dicurahkan untuk membuktikan pihak yang salah-dan kita benar-disalurkan untuk memikirkan apa yang terbaik bagi apapun. Yang lebih parah lagi, keharusan menjadi benar menghambat pertumbuhan, karena pertumbuhan tidak akan terjadi tanpa mengubah, mengoreksi, dan mempertanyakan diri sendiri.
Jika kita harus benar, kita menempatkan diri sendiri dalam suatu benteng tertutup. Tapi begitu kita merasakan hebatnya tidak harus benar, kita akan merasa seperti berjalan melintasi padang terbuka, dimana cakrawala terbentang luas dan kaki kita bebas melangkah kemana saja. (Mind Set, John Naisbitt p.69)
---------------

Yup, doktrin selalu benar sepertinya memang menjadi budaya. doktrin bahwa atasan selalu benar bahkan dituangkan dalam sebuah aturan perpasalan yg seringkali terngiang :

pasal 1 : atasan selalu benar

pasal 2 : jika atasan salah, kembali ke pasal 1

Bahkan kita sendiri, selama ini mungkin seringkali merasa benar dalam segala sesuatunya. terkadang mata hati tertutup akan kebenaran kita itu sendiri. Padahal seharusnya kita lebih membuka hati dan pikiran terhadap sekitar. tak ada salahnya menerima kritik, mengevaluasi diri, dan menambah wawasan ilmu.

kebenaran adalah apa apa yg teguh dalam hati, yakin dalam perbuatan, dan termaktub dalam kitab pengatur kehidupan. kesalahan adalah apa apa yang syak dalam hati, ragu dalam perbuatan, ditentang dalam ketentuan kitabullah..

Lalu bagaimana dengan pendapat kebanyakan? apakah yg benar adalah yg menurut kebanyakan orang itu tersebut benar dan yg salah adalah yg menurut kebanyakan orang tersebut salah?? apakah pendapat mayoritas menentukan kebenaran itu sendiri dan pendapat minoritas terhadap mayoritas harus diabaikan?

Sungguh, benar salah sejatinya hanya Dia yg tahu.

Tidak ada komentar: