Senin, 07 Juli 2008

kisah sebuah kepercayaan yg terabai

masa itu, 2.5 tahun waktu mundur, seorang gadis yg baru mengenal sejatinya hidup, sendirian dalam pencarian, bertemu dengan seorang pemuda, sosok sempurna di matanya, di saat yg tepat ketika ia membutuhkan penopang. dan gadis itu, dengan segala kepolosannya, begitu kasihnya kepada sang pemuda. melimpahkan semua cinta kepadanya. seutuhnya. sepenuh hatinya, dengan kepercayaan yg tanpa batas. tiada sedikitpun ragu dan curiga terselip dalam hati sang gadis. baginya sang pemuda adalah malaikatnya, segalanya, tempat bersandar baginya. apapun yg dikatakan, ia menuruti dengan kepatuhan yang ajaib.

tapi, seiring waktu berjalan sang gadis mulai menyadari segalanya, dengan perlahan. seperti jarum yg menggores dengan pelan tapi membawa racun yang menjalar cepat dalam nadinya. kebohongan demi kebohongan terbuka di hadapannya..kata demi kata, fakta demi fakta, dengan suara selembut sutra..yg menggesek halus setipis luka yg disayat sembilu. meski demikian, demi mempertahankan yg telah dimulai, sang gadis masih mampu menerima dan memaafkan. hatinya masih seluas langit..meski ada setitik lubang yg tercipta dari kumparan luka, ia masih tegak menggenggam jemari sang pemuda.

dan kemudian..beberapa selang setelahnya, sebuah fakta kembali terungkap. fakta yg berusaha di kubur rapat, tentang sebuah masa yg terlampau lalu. yang terselubung rapi dalam kesahajaan yg tersimpan dalam kesederhanaan tampilan. dan kali ini, bukan cuma lubang kecil, tapi retakan" yg melebar dan nyaris berkeping. dan sekian kalinya si gadis berusaha memulihkan retakan itu. dengan sisa kesabaran yg dimiliki, ia kembali menerimanya dan menambal keping yg nyaris terburai, satu per satu dengan segala pengorbanan, dengan lem air mata dan keikhlasan. Namun ada satu yg berubah. si gadis menjadi lebih logis dibanding sebelumnya. bukan lagi semata mengutamakan rasa, tapi realisitas, meski realistas itu terbentur pada 1 hal yg tak bisa ia ubah. ia terbentur dalam sebuah titik yg membuatnya tak mampu melangkah dan harus rela. maka ia masih berusaha semampunya. MENERIMA...

tapi apa?
si pemuda yg berikrar akan berubah, akan memperbaiki semuanya, kembali mencuil hati sang gadis. kali ini meski bukan kesalahan besar, tapi kepercayaan sang gadis benar" kembali terburai...luruh kembali, merosot dalam titik rendah kulminasi.. dan akankah ia mampu kembali menerima kali ini??
ia ternyata masih belum merasa yakin untuk itu. menyusun ulang semua serpihan yg terburai membuatnya tak yakin kembali...ia butuh lebih dari sekedar kata

kukira...
kepercayaan...
ternyata begitu mudah diberikan
namun sulit untuk diabadikan.

Tidak ada komentar: