istilah ini aku temukan dari sebuah novel karya Qaisra Shahraz setebal 517 halaman yang berjudul Perempuan Suci dari judul asli The Holy Woman.
diceritakan dengan apik kisah seorang gadis modern nan jelita, Zarri Bano yang berkali kali menolak pinangan pemuda, dan yang akhirnya menemukan Sikander sebagai lelaki pertama yang menawan hatinya, terpaksa menerima takdir yang diberikan ayah dan kakeknya untuk menjalani hidup sebagai seorang shahzadi ibadat, ketika Jafar, satu satunya anak lelaki di keluarga ini ditakdirkan menghadap Ilahi di usia muda, bahkan ketika dia telah menerima lamaran Sikander, satu satunya lelaki yang menyentuh hatinya.
berkisah dalam masyarakat patriarkat pakistan, sosok shahzadi ibadat di ciptakan.
ketika dalam sebuah keluarga feodal yang kaya raya tidak terdapat ahli waris lelaki, maka warisan itu akan diserahkan kepada anak perempuan tertua, agar warisan tetap berada pada garis keturunan, maka diciptakanlah shahzadi ibadat atau Perempuan Suci. shahzadi ibadat ini diwajibkan mengenakan burqa, menyiarkan agama, mengabdikan seluruh hidupnya kepada keyakinan. dia tidak diperkenankan menjalani kehidupan pernikahan layaknya wanita normal dengan lelaki manapun, hanya AlQuran dan keyakinannya lah yang boleh dipilihnya, menikah dengan AlQuran. dan tentu saja ada ritual penasbihan layaknya sebuah pesta pernikahan. ini jelas tidak sesuai dengan ajaran AlQuran, karena telah terang di anjurkan bagi seluruh umat untuk menjalani pernikahan, membina sebuah rumah tangga. bahkan mayat yang buruk adalah mayat yang melajang (CMIIW)
maka demi izzat keluarganya dan demi harga dirinya, dengan berat hati Zarri Bano menerima takdirnya menjadi seorang shahzadi ibadat, menengelamkan tubuh dan rambut indahnya yang bahkan tak pernah tahan tertutup dupatta sekejap pun dalam burqa hitam, meninggalkan mimpinya bersama Sikander. membunuh sosok Zarri Bano yang lama, seorang gadis mempesona, modern, bebas dan feminis. meninggalkan idealisme nya tentang perjuangan hak hak perempuan.
dan betapa ia terbunuh secara emosional untuk kesekian kalinya ketika ternyata Sikander menikahi adiknya sendiri..
tapi ia selalu dengan tegar dan kokoh melalui semuanya. duka apapun yang menerpanya selalu mampu disembunyikan dalam ketenangan dan selubung yang dibangunnya.
dikemas dengan apik, mengangkat budaya masyarakat patriarkat feodalis Pakistan, dengan seting lokasi di Hyderabad, Chiragpur, Karachi, dan Mesir dimana Zarri Bano melaksanakan studi keislaman setelah menjadi shahzadi ibadat.
penuh dengan kisah pilu dimana seorang gadis dibentuk dan dibunuh secara emosional.
cinta, pengabdian, kelukaan, kebencian dan kesepian mengiringi kisah dalam novel ini.
menyentuh dan membawa pembaca kepada keindahan penceritaan, kepada suasana pedesaan di negeri Pakistan, dimana semua wanita diwajibkan mengenakan dupatta untuk menutupi rambutnya sebagai bentuk kehormatan diri.
satu hal yang belum ada dalam novel ini adalah bahwa bagaimana nasib warisan keluarga jika shahzadi ibadat itu akhirnya menemui ajalnya, kepada siapa warisan akan diberikan karena shahzadi ibadat tersebut tidak punya keturunan, maka sesungguhnya penciptaan tokoh shahzadi ibadat ini justru memutuskan garis keturunan dan menentang ketentuan Allah..
tapi kok sampulnya gini ya...kurang pakistani deh, knapa bukan wanita pake burqa atau pake dupatta gitu ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar