kelabu tipis mengusik awan putih
kabut sutra menghadang di depan mentari
kupacu jantungku mengikuti arus padat Jakarta
menembus pekat yang tak semestinya ada
dingin menghembus mulus pada pori
menyusup tepat di titik sendi
kurapatkan jaketku semakin lekat
tapi tetap tak menghalau gemerutuk geligiku
ah, sepertinya hujan akan menyapa
dan benar saja
titik titik air mulai terburai dalam gerimis
seperti tetes bulir airmata
dalam setiap doa manusia
basah bumiku pagi ini
menyambut dan mendekapku
pada beku
ah...
tapi hatiku tak ingin mendung bersamanya
cukuplah kumasukkan sedikit sejuk ke katupnya
dan tentu
seulas senyum
menyambut hujan ...
Kamis, 11 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar