Selasa, 23 September 2008

tentang sesosok gadis bermata bintang

kutemui ia di penghujung petang

kesahajaan yang meliputi roman gadis suci

mata bulat bercahaya terang

suara merdu menggesek lirih pada mimpi

dan aku tertawan padanya

jatuh aku dalam cinta atasnya



lalu,

seringnya kulihat ia berdiri di sana

sendiri ... terpaku bisu

di tepi atap teratas sebuah gedung

entahlah

mungkin ia ingin menggapai rembang petang

pikirku bermula



tapi tidak,

kulihat ternyata ia terisak di sana

lirih namun hatiku perih melihatnya

tak tau apa yang menimpanya



pastinya

inginku kembalikan bintang itu di matanya

persembahkan bulan di pangkuannya

atau sekedar merengkuh hatinya

menghiburnya



tapi apa dayaku

aku hanya pria hina tak tau diri

terlalu tinggi ia untuk kugapai

terlalu anggun ia untuk kumiliki



dan petang itu

kusiapkan sejumput asa untuknya

di sana

di atap tempat ia biasa bersikukuh dengan angin



dan kau tahu apakah yang kubuat kala itu?

kususun bebatuan ringkih mengukir namanya

ku tuliskan berbagai syair kasih di sampingnya

juga lampu lampu kecil penuh warna

dan tentu

beberapa tangkai mawar putih untuknya



tapi nyatanya

ia tiada hadir kala itu

meski kutunggu hingga malam merambat perlahan

dan lagi

tirai hujan mulai memayungiku

dan mengaburkan syair cintaku

hanyut lah semua asa karenanya



entahlah

sejak itu aku tiada melihatnya lagi

jarak terpanjang membentangkan kami

terpisah

meski hatiku tiada lekang mengingatnya

sesosok gadis bermata bintang

yang menyapaku 3 taun lampau

Tidak ada komentar: