kutemui ia di penghujung petang
kesahajaan yang meliputi roman gadis suci
mata bulat bercahaya terang
suara merdu menggesek lirih pada mimpi
dan aku tertawan padanya
jatuh aku dalam cinta atasnya
lalu,
seringnya kulihat ia berdiri di sana
sendiri ... terpaku bisu
di tepi atap teratas sebuah gedung
entahlah
mungkin ia ingin menggapai rembang petang
pikirku bermula
tapi tidak,
kulihat ternyata ia terisak di sana
lirih namun hatiku perih melihatnya
tak tau apa yang menimpanya
pastinya
inginku kembalikan bintang itu di matanya
persembahkan bulan di pangkuannya
atau sekedar merengkuh hatinya
menghiburnya
tapi apa dayaku
aku hanya pria hina tak tau diri
terlalu tinggi ia untuk kugapai
terlalu anggun ia untuk kumiliki
dan petang itu
kusiapkan sejumput asa untuknya
di sana
di atap tempat ia biasa bersikukuh dengan angin
dan kau tahu apakah yang kubuat kala itu?
kususun bebatuan ringkih mengukir namanya
ku tuliskan berbagai syair kasih di sampingnya
juga lampu lampu kecil penuh warna
dan tentu
beberapa tangkai mawar putih untuknya
tapi nyatanya
ia tiada hadir kala itu
meski kutunggu hingga malam merambat perlahan
dan lagi
tirai hujan mulai memayungiku
dan mengaburkan syair cintaku
hanyut lah semua asa karenanya
entahlah
sejak itu aku tiada melihatnya lagi
jarak terpanjang membentangkan kami
terpisah
meski hatiku tiada lekang mengingatnya
sesosok gadis bermata bintang
yang menyapaku 3 taun lampau
Selasa, 23 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar